Hikayat Si Miskin
Hikayat Si Miskin
Karena sumpah
Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari
keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal
sebagai si Miskin.
Si Miskin
laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari
rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja
Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara
beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan
berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu
dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya
berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya
mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si
Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi
istri itu makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah.
Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat,
Kakanda berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke
pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah
ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si
Miskin menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga,
pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus
dimakannya mangga itu.
Setelah genap
bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama
Marakarmah (=anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih saying.
Ketika menggali
tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah
tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai
kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan
yang komplet perlengkapannya. Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera
Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama
Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan,
bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera
Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan
menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja
Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli
nujum dari Negeri Antah Berantah.
Atas bujukan jahat
dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah
dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi
orangtuanya.
Ramalan palsu para
ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang
berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama
kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah
hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin.
Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena
disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke
laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari
Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan
bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib
Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan
raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan
dimakan. Waktu Cahaya Chairani berjalan –jalan di tepi pantai, dijumpainya
Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya
pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan
menumpang sebuah kapal. Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani,
maka didorongnya Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang
membuntuti kapal itu menuju ke Palinggam Cahaya. Kemudian, ikan nun terdampar
di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu
dengan daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai
Marakarmah dapat keluar dengan tak bercela.
Kemudian,
Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual bunga.
Marakarmah selalu menolak menggubah bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah
dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi sebab dapat bertemu kembali antara
suami-isteri itu.
Karena cerita
Nenek Kebayan mengenai putera Raja Mangindera Sari menemukan seorang puteri di
bawah pohon beringin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa
puteri tersebut adiknya sendiri, maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat
itu dibunuhnya.
Selanjutnya,
Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan
kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala
perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah
Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga
Indera (saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya,
Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu
Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi
raja di Palinggam Cahaya.
(Sumber:Peristiwa
Sastra Melayu Lama)
A. SINOPSIS CERITA
HIKAYAT SI MISKIN
Karena sumpah
Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya dibuang dari
keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Oleh sebab itu ia dikenal sebagai si
Miskin.
Setiap hari mereka
berkeliling mencari rezeki di Negeri Antah Berantah di bawah pimpinan Maharaja
Indera Dewa. Ke manapun mereka pergi selalu diusir penduduk dengan disertai
penganiayaan. Malam hari mereka tidur di hutan dan siang harinya mereka
berkeliling mencari rezeki.
Ketika isterinya
mengandung tiga bulan, ia menginginkan buah mangga yang ada di taman raja. Tapi
Si Miskin menolaknya sehingga si isteri semakin keras menangisnya. Kemudian si
Miskin menerima permintaannya, tetapi Si Miskin hanya membelikan buah mangga
dari pasar sehingga ditolak oleh isterinya. Pada akhirnya dengan rasa takut dan
terpaksa ia menghadap raja dan memohon mempelam. Setelah ia mendapatkannya, ia
segera pulang dan memberikan mangga itu kepeda isterinya.
Setelah tiba
saatnya, lahirlah anak laki-laki pertama mereka yang diberi nama Marakarmah
(anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Pada suatu hari
ketika sedang menggali tanah si Miskin mendapat tajau yang penuh berisi emas
yang tidak akan habis sampai ke anak cucunya. Dengan takdir Allah, di tempat
itu berdirilah sebuah kerajaan komplit dengan perlengkapannya. Kemudian Si
Miskin mengganti namanya menjadi Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama
Tuan Puteri Ratna Dewi. Dan negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama
kemudian, lahirlah anak kedua mereka bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera
Dewa menjadi iri hati atas kemasyhuran Negeri Puspa Sari dan kebaikan hati Raja
Indera Angkasa. Ketika Maharaja Indera Angkasa mencari ahli nujum untuk
meramalkan nasib putera-puterinya, Maharaja Indera Dewa memanfaatkan hal
tersebut untuk menghancurkan Negeri Puspa Sari. Atas bujukan jahat Maharaja
Indera Dewa, para ahli nujum mengatakan bahwa kelak Marakarmah dan Nila Kesuma
akan mendatangkan celaka bagi orangtuanya.
Maharaja Indera
Angkasa percaya pada ramalan palsu tersebut dan dengan berat hati ia
memerintahkan kedua puteranya pergi selama-lamanya. Sepeninggal
putera-puterinya, Negeri Puspa Sari musnah terbakar dan Maharaja Indera Angkasa
menjadi miskin kembali.
Sesampainya di
tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin dan
mereka menangkap seekor burung untuk dimakan. Ketika Marakarmah mencari api ke
kempung, ia disangka seorang pencuri dan ia dipukuli orang banyak, kemudian
dibuang ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota
Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan
bernama Mayang Mengurai.
Nasib Marakarmah
dilautan ia terus hanyut dan terdampar di pangkalan raksasa. Di sana ia bertemu
dengan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang ditawan oleh raksasa. Mereka
berdua mencoba melarikan diri dari pulau itu dengan menumpang sebuah kapal.
Nahkoda kapal menginginkan cahaya Chairani sehingga ia mendorong Marakarmah
kelaut, kemudian ia ditelan oleh ikan nun yang pada akhirnya terdampar di dekat
rumah Nenek Kebayan. Atas petunjuk burung rajawali, Nenek Kebayan mengeluarkan
Marakarmah dari perut ikan nun itu. Kemudian Marakarmah dijadikan anak angkat
Nenek Kebayan.
Setiap hari
Marakarmah membantu Nenek Kebayan menjual bunga yang akhirnya membuat ia
bertemu kembali dengan iaterinya Cahaya Chairani. Karena cerita dari Nenek
Kebayan tentang Raja Mangindera Sari, tahulah Marakarmah bahwa puteri yang
ditemulan Raja Mangindera Sari itu adalah adiknya sendiri, kemudian ia menemui
adiknya itu. Lalu ia membunuh nahkoda kapal yang jahat itu.
Selanjutnya
Marakarmah mencari ayah bundanya, dan dengan kesaktiannya ia menciptakan
kembali kerajaan Puspa Sari seperti dahulu kala. Kemudian ia mengalahkan Negeri
Antah Berantah, yang kemudian dipimpin oleh raja Bujangga Indera (saudara
Cahaya Chairani).
Akhirnya,
Marakarmah pergi ke negeri mertuanya Mercu Indera dan menggantikan mertuanya
itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam cahaya.
B. ANALISIS UNSUR
INTRINSIK
1. Tema : Kunci
kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan hidup seseorang yang mengalami banyak
rintangan dan cobaan.
2. Alur :
Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal
permasalahan sampai akhir permasalahan.
Ø Tahapan Alur:
Pengenalan :
ÄKarena sumpah
Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari
keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal
sebagai si Miskin.(Pada paragraph 1)
Muncul Konflik :
Ä Maharaja Indera
Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan
menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.(Pada
paragraph 7)
Ketegangan :
Ä Ramalan palsu
para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati
yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya
itu.(Paragraf 9)
Ä Tidak lama
kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah
terbakar.(Paragraf 10)
Ä Sesampai di tengah
hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin.
Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena
disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke
laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari
Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan
bernama Mayang Mengurai.(Paragraf 11)
Penyelesaian :
Ä Selanjutnya,
Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan
kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala
perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah
Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga
Indera (saudara Cahaya Chairani). (Paragraf 15)
Ä Akhirnya,
Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu
Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi
raja di Palinggam Cahaya. (Paragraf 16)
3. Perwatakan :
a. Maharaja Indera
Angkasa (Si Miskin) : Sabar, adil, pemurah, mudah terpengaruh.
Ä Maharaja Indera
Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyhurkan kerajaan Puspa
Sari….(Paragraf 7)
Ä Ramalan palsu
para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati
yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya
itu.(Paragraf 9)
b. Tuan Puteri
Ratna Dewi : Baik, penyayang, agak egois.
Ä Ketika isterinya
mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja.
(Paragraf 3)
Ä Si Miskin pergi
ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah
ditolak oleh isterinya….(Paragraf 4)
Ä Setelah genap
bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama
Marakarmah (=anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih saying.
c. Maharaja Indera
Dewa (raja Antah Berantah) : Iri hati, jahat.
Ä Maharaja Indera
Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan
menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.(Pada
paragraph 7)
Ä Atas bujukan
jahat dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa
Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja
bagi orangtuanya. (Paragraf 8)
d. Nila Kesuma :
Menurut pada orangtua
Ä Ramalan palsu
para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati
yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya
itu.(Paragraf 9)
e. Marakarmah :
Menurut pada orangtua, bijaksana.
Ä Ramalan palsu
para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati
yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya
itu.(Paragraf 9)
Ä Selanjutnya,
Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan
kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala
perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah
Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga
Indera (saudara Cahaya Chairani). (Paragraf 15)
f. Cahaya Chairani
: Baik hati
Ä Waktu Cahaya
Chairani berjalan –jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan
terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. (Paragraf 12)
g. Raja Mengindera
Sari : Baik hati, penyayang.
Ä Nila Kesuma
ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang
pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
h. Nenek Kebayan :
Baik hati, penolong, penyayang.
Ä Kemudian, ikan
nun terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut
ikan nun itu dengan daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali,
sampai Marakarmah dapat keluar dengan tak bercela. (Paragraf 12)
ÄKemudian,
Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual bunga.
(Paragraf 13)
i. Nahkoda kapal :
Ä Timbul birahi
nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut….
(Paragraf 12)
4. Setting/ Latar
:
a. Setting Tempat
:
Ä Negeri Antah
Berantah,
û Si Miskin
laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari
rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja
Indera Dewa. (Paragraf 2)
Ä Di hutan,
û Sesampai di
tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin.
(Paragraf 11)
û Waktu malam
tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki.(Paragraf 2)
Ä Di Pasar,
û Si Miskin pergi
ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. (Paragraf
4)
Ä Negeri Puspa
Sari,
ûDengan takdir
Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya. Si
Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan
Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian,
lahirlah anaknya yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma. (Paragraf 6)
Ä Di lautan,
û Timbul birahi
nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut….
(Paragraf 12)
û Akan nasib
Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan
raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan
dimakan. (Paragraf 12)
Ä Di tepi pantai
pulau raksasa,
ûWaktu Cahaya
Chairani berjalan –jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan
terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. (Paragraf 12)
û Akan nasib
Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan
raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan
dimakan. (Paragraf 12)
Ä Di kapal,
û Marakarmah dan
Cahaya Chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah
kapal. Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya
Marakarmah ke laut….(Paragraf 12)
Ä Negeri Palinggam
Cahaya,
û Akhirnya, Marakarmah
pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera dan
menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di
Palinggam Cahaya. (Paragraf 16)
b. Setting Suasana
:
Ä Tegang, mencekam
dan ketakutan,
û Ke mana mereka
pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan
disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya.
(Paragraf 2)
û Setelah ditolak
oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin
menghadap raja memohon mempelam.(Paragraf 4)
ûWaktu mencari api
ke kampung, karena disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian
dilemparkan ke laut.(Paragraf 11)
Ä Bahagia,
û Setelah genap
bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama
Marakarmah (=anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih
saying.(Paragraf 5)
ûKetika menggali
tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah
tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai
kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan
yang komplet perlengkapannya. Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera
Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama
Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan,
bernama Nila Kesuma.(Paragraf 6)
û Nila Kesuma
ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang
pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang
Mengurai.(Paragraf 11)
û Selanjutnya,
Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan
kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala
perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah
Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga
Indera (saudara Cahaya Chairani). (Paragraf 15)
û Akhirnya,
Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu
Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi
raja di Palinggam Cahaya. (Paragraf 16)
Ä Menyedihkan,
û Sepanjang
perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya.
Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. (Paragraf 2)
û Ramalan palsu
para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati
yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya
itu.(Paragraf 9)
û Timbul birahi
nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut,
yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke
Palinggam Cahaya. (Paragraf 12)
û Karena sumpah
Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari
keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal
sebagai si Miskin.(Pada paragraph 1)
5. Sudut Pandang
Pengarang : Menggunagan sudut pandang orang ketiga, karena pengarang hanya
berperan sebagai pengantar cerita.
Ä Karena sumpah
Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari
keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal
sebagai si Miskin.(Pada paragraph 1)
Ä Ketika isterinya
mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si
Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi
istri itu makin menjadi-jadi menangisnya.(Paragraf 3)
6. Amanat :
Ä Seorang pemimpin
yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.
Ä Janganlah mudah
terpengaruh dengan kata-kata oran lain.
Ä Hadapilah semua
rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
Ä Jangan memandang
seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
Ä Hendaknya kita
dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
Ä Janganlah kita
mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
ÄHidup dan
kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya
dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
C. NILAI-NILAI
DALAM KARYA SASTRA
1. Nilai Moral
Ä Kita harus bersikap
bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
Ä Jangan kita
terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.
ÄKita harus saling
tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa
pamrih.
Ä Jangan mudah iri
kepada orang lain, karena hal tersebut dapat mendorong kita untuk berbuat hal
yang tidak baik.
2. Nilai Budaya
Ä Sebagai seorang
anak kita harus menghormati orangtua.
Ä Hendaknya
seorang anak dapat berbakti pada orang tua.
Ä Seorang anak
hendaknya dapat membahagiakan orangtuanya.
3. Nilai Sosial
ÄKita harus saling
tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa
pamrih.
Ä Hendaknya kita
mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.
Ä Seorang pemimpin
harus memiliki sikap adil dan pemurah kepada rakyatnya.
4. Nilai Relligius
Ä Jangan
mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.
Ä Percayalah pada
Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
ÄHendaknya kita
selalu berdoa dan mendekat pada Tuhan di dalam segala hal yang kita alami dalam
hidup kita.
5. Nilai
Pendidikan
Ä Kita harus
saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa
rasa pamrih.
Ä Jangan
mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.
Ä Sebagai seorang
anak ktia harus menghormati dan berbakti pada orangtua dan dapat membahagikan
orangtua kita.